Jumat, 15 Februari 2013
BIAYA BAHAN BAKU DAN BIAYA TENAGA KERJA
1. Biaya Bahan Baku
Biaya bahan dapat dibedakan menjadi biaya bahan baku dan biaya bahan penolong. Biaya bahan baku adalah bahan yang identitasnya dapat dilacak pada produk jadi dan yang diproses menjadi produk jadi dengan menggunakan tenaga kerja dan overhead pabrik. Biaya bahan baku merupakan salah satu elemen biaya utama. Bahan penolong adalah bahan yang indentitasnya tidak dapat dilacak pada produk jadi dan nilai relatif tidak material. Biaya bahan penolong merupakan elemen biaya overhead pabrik.
2. Akuntansi Bahan Baku
Akuntansi terhadap bahan baku dibedakan menjadi akuntansi pembelian bahan baku dan akuntansi pemakaian bahan baku. Prosedur pembelian bahan terdiri atas (1) permintaan pembelian, (2) pesanan pembelian, dan (3) penerimaan bahan. Oleh karena itu, terdapat 3 dokumen pembelian bahan, yaitu (1) Surat Permintaan Pembelian (lihat Figure 3-1 pada Polimeni-Ch.3-hal 92), (2) Surat Pesanan Pembelian (lihat Figure 3-2 pada Polimeni-Ch.3-hal 92), dan (3) Laporan Penerimaan Barang (lihat Figure 3-3 pada Polimeni-Ch.3-hal 93). Atas dasar 3 dokumen inilah pembelian bahan dicatat. Pencatatan persediaan bahan dapat menggunakan metode phisik maupun metode perpetual. Metode perpetual lebih baik untuk tujuan pengendalian dan lebih informatif dari pada metode phisik. Oleh karena itu, perusahaan menengah dan besar umumnya menggunakan metode perpetual.
3. Prosedur Pengendalian Bahan Baku
Pengendalian bahan baku dimaksudkan agar proses produksi dapat berjalan lancar, dalam arti bahan baku tersedia saat dibutuhkan, dan pengadaan bahan baku dilakukan secara efisien. Prosedur pengendalian bahan baku dapat menggunakan lima metode, yaitu (1) order cycling, (2) the min-max method, (3) the two-bin method, (4) the automatic order system, (5) the ABC plan.
Metode order cycling adalah metode pengendalian bahan baku yang me-review bahan baku secara periodik, misal setiap 30 hari. Jangka waktu me-review dipengaruhi oleh jenis bahan bakunya. Bahan baku yang esensial membutuhkan jangka waktu review yang lebih pendek dibanding bahan baku yang kurang penting. Pada saat dilakukan review, pemesanan bahan baku dibuat sehingga pada saat dibutuhkan bahan baku akan tersedia.
Metode the min-max adalah metode pengendalian bahan baku yang didasarkan atas asumsi bahwa persediaan bahan baku berada pada dua tingkat, yaitu tingkat maksimum dan tingkat minimum. Jika tingkat maksimum dan tingkat minimum sudah ditetapkan, maka pada saat persediaan menuju ke tingkat minimum pemesanan bahan baku harus dilakukan untuk menempatkan persediaan pada tingkat maksimum.
Metode the two-bin method adalah metode pengendalian bahan baku yang dipakai jika bahan bakunya relatif tidak mahal. Dalam metode ini, bahan baku dipisahkan menjadi dua bagian yang disimpan dalam ruangan yang terpisah. Bagian pertama adalah bahan baku yang akan digunakan selama periode saat bahan baku diterima dan saat pemesanan dilakukan. Bagian kedua adalah bahan baku yang akan digunakan dalam periode saat pemesanan dan saat pengiriman. Pemesanan bahan dilakukan pada saat bahan bagian pertama sudah digunakan.
Metode the two-bin method adalah metode pengendalian bahan baku yang dipakai jika bahan bakunya relatif tidak mahal. Dalam metode ini, bahan baku dipisahkan menjadi dua bagian yang disimpan dalam ruangan yang terpisah. Bagian pertama adalah bahan baku yang akan digunakan selama periode saat bahan baku diterima dan saat pemesanan dilakukan. Bagian kedua adalah bahan baku yang akan digunakan dalam periode saat pemesanan dan saat pengiriman. Pemesanan bahan dilakukan pada saat bahan bagian pertama sudah digunakan.
Metode pemesanan otomatis (the automatic order system) adalah metode pengendalian bahan baku yang secara otomatis akan melakukan pemesanan bahan baku jika persediaan mencapai jumlah tingkat pemesanan kembali. Metode ini akan optimal jika digunakan komputer untuk mengadministrasikan persediaan bahan baku.
Metode ABC (the ABC plan) digunakan jika perusahaan mempunyai persediaan bahan baku dalam jumlah besar dengan nilai yang berbeda-beda. Pengendalian bahan baku yang nilainya tinggi berbeda dengan persediaan yang nilainya rendah. Dalam metode ABC, persediaan bahan baku digolongkan menjadi tiga kelompok atas dasar nilainya, yaitu (1) kelompok A yang nilainya tertinggi, (2) kelompok B yang nilainya sedang, dan (3) kelompok C yang nilainya terendah. Kelompok A mempunyai karakteristik pengendalian sebagai berikut: (1) jumlah persediaan minimal kecil, (2) tingkat review tinggi, (3) tingkat pemesanan tinggi, (4) membutuhkan pencatatan rinci, dan (5) tingkat pengawasan tinggi. Kelompok C mempunyai karakteristik pengendalian sebagai berikut: (1) jumlah persediaan minimal besar, (2) tingkat review rendah, (3) tingkat pemesanan rendah, (4) tidak membutuhkan pencatatan perpetual, dan (5) tingkat pengawasan rendah.
Metode ABC (the ABC plan) digunakan jika perusahaan mempunyai persediaan bahan baku dalam jumlah besar dengan nilai yang berbeda-beda. Pengendalian bahan baku yang nilainya tinggi berbeda dengan persediaan yang nilainya rendah. Dalam metode ABC, persediaan bahan baku digolongkan menjadi tiga kelompok atas dasar nilainya, yaitu (1) kelompok A yang nilainya tertinggi, (2) kelompok B yang nilainya sedang, dan (3) kelompok C yang nilainya terendah. Kelompok A mempunyai karakteristik pengendalian sebagai berikut: (1) jumlah persediaan minimal kecil, (2) tingkat review tinggi, (3) tingkat pemesanan tinggi, (4) membutuhkan pencatatan rinci, dan (5) tingkat pengawasan tinggi. Kelompok C mempunyai karakteristik pengendalian sebagai berikut: (1) jumlah persediaan minimal besar, (2) tingkat review rendah, (3) tingkat pemesanan rendah, (4) tidak membutuhkan pencatatan perpetual, dan (5) tingkat pengawasan rendah.
4. Biaya Tenaga Kerja
Tenaga kerja dapat dibedakan menjadi tenaga kerja langsung (direct labor) dan tenaga kerja tidak langsung (indirect labor). Tenaga kerja langsung adalah semua tenaga kerja yang melaksanakan proses produksi yang dapat ditelusur ke produk jadi dan merupakan bagian terbesar dari biaya tenaga kerja. Tenaga kerja tidak langsung adalah semua tenaga kerja yang tidak dapat dipertimbangkan sebagai biaya tenaga kerja langsung.
|
I. Pengertian
Biaya Standar adalah biaya yang ditentukan dimuka, yang merupakan jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk membuat satu satuan produk atau membiayai kegiatan tertentu, dibawah asumsi kondisi ekonomi, efisiensi dan faktor-faktor lain tertentu.
II. Prosedur Penentuan Biaya Standar
Biaya Bahan Baku Standar, terdiri atas :
1. Masukan fisik yang diperlukan untuk memproduksi sejumlah keluaran fisik tertentu, atau lebih dikenal dengan nama kuantitas standar.
2. Harga satuan masukan fisik tersebut, atau disebut pula harga standar.
Kuantitas Standar Bahan Baku dapat ditentukan dengan menggunakan :
1. Penyelidikan teknis.
2. Analisis catatan masa lalu dalam bentuk :
a) Menghitung rata-rata pemakaian bahan baku untuk produk atau pekerjaan yang sama dalam periode tertentu dimasa lalu.
b) Menghitung rata-rata pemakaian bahan baku dalam pelaksanaan pekerjaan yang paling baik dan yang paling buruk dimasa lalu.
c) Menghitung rata-rata pemakaian bahan baku dalam pelaksanaan pekerjaan yang paling baik.
Harga yang dipakai sebagai harga standar dapat berupa :
1. Harga yang diperkirakan akan berlaku di masa yang akan datang, biasanya untuk jangka waktu 1 tahun.
2. Harga yang berlaku pada saat penyusunan standar.
3. Harga yang diperkirakan akan merupakan harga normal dalam jangka panjang.
III. Biaya Tenaga Kerja Standar
Jam Tenaga Kerja Standar dapat ditentukan dengan cara :
1. Mnghitung rata-rata jam kerja yang dikonsumsi dalam suatu pekerjaan dari Kartu Harga Pokok (Cost Sheet) periode yang lalu.
2. Membuat test-run operasi produksi dibawah keadaan normal yang diharapkan.
3. Mengadakan penyelidikan gerak dan waktu dari berbagai kerja karyawan dibawah keadaan nyata yang diharapkan.
4. Mengadakan taksiran yang wajar, yang didasarkan pada pengalaman dan pengetahuan operasi produksi dan produk
IV. Biaya Overhead Pabrik Standar
Tarif Overhead Standar dihitung dengan membagi jumlah biaya overhead yang dianggarkan pada kapasitas normal dengan kapasitas normal. Untuk pengendalian BOP dalam sistem biaya standar, perlu dibuat anggaran fleksibel, yaitu anggaran biaya untuk beberapa kisaran (range) kapasitas. Tarif BOP standar menggabungkan biaya tetap dan variabel dalam satu tarif yang didasarkan pada tingkat kegiatan tertentu. Sebagai akibatnya dalam tarif ini semua BOP diperlakukan sebagai biaya variabel. Di lain pihak anggaran fleksibel memisahkan faktor-faktor biaya tetap dan variabel, dan memperlakukan BOP tetap sebagai biaya yang jumlahnya tetap dalam volume tertentu.
V. Analisis Penyimpangan Biaya Sesungguhnya Dari Biaya Standar
Penyimpangan biaya sesungguhnya dari biaya standar disebut dengan selisih (variance). Selisih biaya sesungguhnya dengan biaya standar dianalisis, dan dari analisi ini diselidiki penyebab terjadinya selisih yang merugikan.
VI. Analisis Selisih Biaya Produksi Langsung
Ada 3 model analisis selisih biaya produksi langsung :
- Model Satu Selisih (The One-Way Model)
- Model Dua Selisih (The Two-Way Model)
- Model Tiga Selisih (The Two-Way Model)
a) Harga dan Kuantitas Standar masing-masing lebih tinggi atau lebih rendah dari harga dan kuantitas sesungguhnya.
b) Harga Standar “ Lebih Rendah “ dari Harga Sesungguhnya, namun sebaliknya Kuantitas Standar ” Lebih Tinggi “ dari Kuantitas Sesungguhnya
c) Harga Standar “ Lebih Tinggi “ dari Harga Sesungguhnya, namun sebaliknya Kuantitas Standar ” Lebih Rendah “ dari Kuantitas Sesungguhnya.
b) Harga Standar “ Lebih Rendah “ dari Harga Sesungguhnya, namun sebaliknya Kuantitas Standar ” Lebih Tinggi “ dari Kuantitas Sesungguhnya
c) Harga Standar “ Lebih Tinggi “ dari Harga Sesungguhnya, namun sebaliknya Kuantitas Standar ” Lebih Rendah “ dari Kuantitas Sesungguhnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar